JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier menyampaikan kritik tajam terhadap
Amerika Serikat, khususnya terhadap kebijakan ekonominya di bawah kepemimpinan Donald
Trump.
Inti dari
tulisan mantan menteri tersebut adalah kekecewaan terhadap inkonsistensi Amerika dalam menjalankan
prinsip-prinsip yang selama ini mereka ajarkan dan promosikan ke seluruh dunia,
seperti HAM, demokrasi, serta perdagangan bebas dan globalisasi.
Awalnya,
Amerika digambarkan sebagai guru besar dunia, tempat belajar yang dikagumi dan
diteladani. Banyak tokoh dan akademisi dari berbagai negara, termasuk Indonesia
dan Tiongkok, menimba ilmu di sana. Namun, seiring berjalannya waktu, kredibilitas
Amerika sebagai panutan mulai goyah, terutama karena standar ganda dalam
pelaksanaan HAM, misalnya dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan Israel.
“Kekecewaan
yang lebih dalam muncul ketika Amerika—yang dahulu sangat gencar mempromosikan
perdagangan bebas dan inovasi—malah menunjukkan sikap proteksionis ketika
merasa dirugikan. Contohnya, saat negara lain mengembangkan sistem pembayaran
seperti QRIS yang dianggap mengancam dominasi perusahaan-perusahaan kartu
kredit asal AS, Amerika malah menolak prinsip persaingan yang sehat,” ujarnya, Rabu (23/4/2025).
Mantan menteri tersebut menyebut Amerika sebagai “kiai Jarkoni” — tokoh yang pandai mengajar tapi
tak bisa menjalankan ajarannya sendiri. Pesannya jelas: saat sang guru sudah
tak lagi menjadi teladan, mungkin sudah waktunya untuk menjaga jarak.
Sangat
reflektif dan menyentil, yang mencerminkan gejolak kekecewaan negara-negara
berkembang terhadap perubahan wajah Amerika di era geopolitik dan ekonomi baru.